TERNATEPOST. COM – Stunting bukan sekadar persoalan kesehatan, melainkan ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia dan masa depan bangsa. Anak yang mengalami stunting berpotensi tumbuh dengan keterbatasan, baik secara fisik maupun kognitif.
Pernyataan itu disampaikan Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Taher Husain, saat mewakili Wali Kota Tidore Kepulauan membuka Gerakan Cegah Stunting di Aula Nuku, Kantor Wali Kota Tidore, Kamis, 21 Agustus 2025.
Dalam sambutannya, Taher menyebut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting di Tidore turun dari 21,3 persen pada 2023 menjadi 16,6 persen pada 2024. Meski signifikan, angka itu belum memenuhi target nasional tahun 2024 sebesar 14 persen.
“Gerakan cegah stunting ini adalah upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan. Karena itu, saya mengajak seluruh elemen, mulai dari keluarga, pemerintah desa hingga TPPS, untuk bersatu padu mencegah stunting. Keluarga harus menjadi garda terdepan,” ujar Taher.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut menjadi momentum memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk memastikan generasi penerus tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Tidore, Saiful Salim, menegaskan stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak serius pada kualitas SDM. “Stunting tidak sekadar isu kesehatan, tetapi indikator kegagalan pembangunan multidimensi. Meski prevalensinya di Tidore turun 4,7 persen dalam setahun, angkanya masih di atas target nasional,” kata Saiful.
Menurut Saiful, gerakan ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup generasi muda agar tumbuh optimal serta memperkuat komitmen bersama dalam menekan prevalensi stunting.
Kegiatan menghadirkan narasumber Dr. Aspar Abdul Gani, dan dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Tidore Rahmawati Muhammad Sinen, perwakilan Dharma Wanita Persatuan, pimpinan OPD, serta peserta gerakan cegah stunting.***
